Soroti Pernikahan Sedarah di Ponorogo, Menko PMK: Harus Dituntaskan Hingga Akarnya

5 April 2022, 09:19 WIB
Ilustrasi - Pernikahan sedarah di Ponorogo yang mendapatkan sorotan dari Menko PMK Muhadjir Effendy /Pexels/ Anna Shvets

BERITA MATARAMAN – Pernikahan sedarah di Ponorogo masih kerap terjadi. Hal itu menjadi perhatian sendiri bagi Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK Muhadjir Effendy.

Muhadjir mengatakan tradisi pernikahan sedarah yang kerap terjadi di Ponorogo, Jawa Timur harus dituntaskan hingga ke akarnya.

Muhadjir menyebut, memang saat ini banyak warga yang sudah diurai dan meluas ke luar Ponorogo untuk menghindari pernikahan sedarah.

Baca Juga: Tak Punya Uang Buat Sewa PSK, Remaja di Ponorogo Ini Nekat Gondol Uang Tetangganya Rp 10 Juta

Namun mereka masih memiliki keturunan dan bisa jadi juga masih akan mewarisi tradisi negatif 'stunting' dan menambah kemiskinan ekstrem, katanya dikutip Antara, Senin 04 April 2022.

Muhadjir mengatakan hal itu saat meninjau difabel (warga berkebutuhan khusus)  dan kemiskinan ekstrem di Desa Krebet dan Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo.

Muhadjir mengatakan saat ini kasus stunting di Kabupaten Ponorogo sudah menurun hingga 20 persen, untuk itu pernikahan sedarah harus tetap menjadi perhatian pemerintah daerah agar dapat terus menekan angka prevalensi stunting.

Muhadjir berpesan agar kasus tersebut menjadi perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo supaya betul dipastikan kalau bisa di sini sudah harus nol persen stunting, di wilayah yang dulu dikenal sebagai 'kampung difabel', katanya.

Salah satu daerah yakni di Desa Krebet dan Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo sebelumnya terdapat banyak keluarga yang melakukan pernikahan sedarah sehingga tidak jarang melahirkan keturunan yang difabel dan stunting.

Banyak yang melahirkan difabel, terutama stunting akibat perkawinan inses sedarah karena di sini bertetangga saja kawinnya dan kebetulan pasangannya membawa gen yang tidak baik, katanya.

Namun, katanya, saat ini, sudah ada kesadaran dari warga untuk menghindari hal tersebut dengan mencari jodoh di luar desa.

Saya kira itu salah satu solusi tidak terjadi kawin inses untuk tidak terjadinya turunan gen yang negatif, katanya.

Ia menjelaskan persentase angka kemiskinan ekstrem di Kabupaten Ponorogo saat ini sudah menurun hingga 3,74 persen.

Menurut data yang dihimpun Kemenko PMK, dari total 955 lebih ribu penduduk di Kabupaten Ponorogo, 90 ribu di antaranya merupakan penduduk miskin dan 86 ribu lainnya adalah penduduk miskin ekstrem.

"Miskin eksrem ini karena kondisi pendapatan warga yang sangat rendah dan tidak memiliki sumber penghasilan tetap, serta kondisi rumah yang belum layak huni. Apalagi jika di dalam satu keluarga ada yang lansia dan difabel," katanya.

Menko PMK berpesan kepada seluruh pemerintah daerah setempat untuk terus bekerja keras dalam menurunkan angka stunting dan kemiskinan ekstrem khususnya di Ponorogo.

Baca Juga: Logsor di Trenggalek Rusak Dua Rumah Warga, Didinding Rumah Jebol dan Roboh

"Kita masih butuh kerja keras bersama. saya rasa ini sudah cukup bagus karena ada pusat pelayanan kesejahteraan sosial di sini," demikian Muhadjir Effendy.***

Editor: R. Nur

Sumber: ANTARA Jatim

Tags

Terkini

Terpopuler