"Lebaran Id bersama penguasa bukan bersama ormas," tulis salah satu akun Twitter.
Ada pula yang mencoba menengahi dan menjelaskan mengenai adanya perbedaan Idul Adha di Indonesia dan di Arab Saudi.
"Bukan masalah ikut Muhammadiyah atau ikut Pemerintah, bukan juga masalah wukufnya di Mekkah bukan di Indonesia. Ya iyalah Wukuf di Arafah, sana hanya ada di Mekkah bukan di Indonesia, tapi beragama pakai akal, kan 'beragama itu juga haruslah berakal'. Perbedaan hari raya Idul Adha nggak usah diributkan atau dijadikan ajang hina"an pemerintah, atau ajang bakar sekam, masing" punya ketetapan dan landasan kuat tentang jatuhnya hari raya Idul Adha. Ada yg pakai hisab dan ada yg pakai rukyat, tuh diatas sudah dijelaskan memakai akal mengapa bisa berbeda, ikuti sesuai keyakinan masing-masing aja. Yg mau ikut Pemerintah ok, dan yang ikut Muhammadiyah ok, wong perbedaan itu rahmat bukan konflik lur," komentar akun lain.
Nah, apa sebenarnya yang membuat perbedaan antara Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi itu berbeda?
Berikut penjelasan resmi Kemenag RI yang dilansir dari laman Twitter.
Baca Juga: Pendaftaran Beasiswa PTKI Telah Dibuka, Kemenag Siapkan Anggaran 161 M
Penjelasan mengenai perbedaan waktu pelaksanaan Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi ini disampaikan oleh Dr. H. Adib, MA yang merupakan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag RI.
Pertama, secara geografis posisi Arab Saudi berada di sebelah barat Indonesia, sehingga waktu di Indonesia lebih cepat 4 jam dibanding Arab Saudi.
Kedua, meski lebih lebih cepat 4 jam, hilal atau bulan baru terlihat dahulu di Arab Saudi, karena terlihatnya di sebelah barat pada saat terbenamnya matahari (Ghurub as syams).
Ketiga, berdasarkan data hisab pada akhir Dzulqa'dah 1443 H, ketinggian hilal di tanah air antara 0° 52' s.d 3° 13', dengan sudut elongasi 4,27° s.d 4,97°.
Artikel Rekomendasi