BERITA MATARAMAN – Ridwan Kamil, setelah prosesi pemakaman sang putra, Eril, memberikan sambutan dan ungkapan cinta, serta hikmah yang dapat diambil dari kepergian sang putra.
Eril dimakamkan di Islamic Center Baitur Ridwan, Desa Cimaung, Bandung, Jawa Barat yang didesain oleh Ridwan Kamil.
Eril berpulang dengan dihantarkan ribuan masyarakat yang ingin turut mendoaakan putra dari Ridwan Kamil tersebut.
Berikut adalah ungkapan cinta yang disampaikan oleh Ridwan Kamil pada sambutannya.
“Izinkan saya menyampaikan, sepenggal rasa cinta siapa itu eril dan hikmah dari kepergian eril.
14 hari, bisa terasa pendek dari hidup rutin sehari-hari, tapi 14 hari ini menjadi begitu Panjang bagi kehidupan kami.
Kami bertanya-tanya mengapa harus selama ini ya Allah?
Mengapa tidak lebih cepat agar semua lekas berlalu, supaya kami yang hidup tidak terlalu lama mengharu biru.
Baca Juga: UPDATE Jenazah Eril Tiba di Indonesia Lebih Cepat dari Jadwal
Tapi, waktu adalah rahasia Allah yang musykil bisa dipecahkan, apalagi menyangkut kelahiran dan kematian.
Dan akhirnya, kami menerimanya dengan hati yang lapang, sebab kami dapat menemukan banyak sekali petunjuk yang terang
Dalam rentang 14 hari yang sesungguhnya sangat melelahkan, tetapi kami begitu bnyak mendapatkan pelajaran dan menerima kearifan.
Tentang hidup Eril yang secara kasat mata rasanya terlalu singkat,
Tetapi setelah dicermati, rasanya kehidupannya sangat padat penuh manfaat.
Baca Juga: Tentang Islamic Center Baitul Ridwan, Tempat Jenazah Eril Disemayamkan
23 tahun mungkin belum cukup untuk menghasilkan karya-karya yang besar,
Namun terbukti ternyata memadai untuk menjadi manusia yang dicintai dengan akbar.
Kami belajar tentang hidup yang semata tidak terdiri dari banyaknya hari, tetapi dari banyaknya helaan nafas yang dipakai berbuat baik walaupun kecil sehari-hari.
Kami, mengikhlaskan Eril pergi, karena kami akhirnya menyadari bahwa Allah telah mencukupkan seluruh amal-amalnya, untuk menutupi kemungkinan bertambah kekhilafannya.
Mungkin akan berat, tapi sebenarnya kami sudah menyiapkan hati, kalau kami tidak akan pernah lagi melihat jasadnya untuk terakhir kali.
Bukankah Eril lahir di New York yang berada jauh disebrang, mengapa jika tidak ia wafat di Swiss yang jauhnya juga tidak berbilang?
Bukankah tiap sejengkal tanah milik Allah yang menentukan segala pergi dan pulang?
Luncuran doa yang dipanjatkan dari berbagai penjuru negeri adalah limpahan pertanda yang lebih dari cukup bagi kami untuk yakin, barang kali bahwa Allah yang menghendaki agar kepulangannya disambut baik oleh langit dan bumi.
Baca Juga: UPDATE Prosesi Pemakaman Eril, Ridwan Kamil: Tugasnya di Dunia telah Paripurna
Bagaimana mungkin kami tidak merasa dilimpahi oleh rahmat dan karuniaNya, saat jenazah yang terbaring ini berada di air berhari-hari dan masih utuh, lagi sempurna
Itulah salah satu keyakinan kami, bukti adanya mukjizat yang akhirnya alhamdulillah, kami diberi sempat untuk melihat tanda kekuasaan Allah sang pemberi berkat, pelajaran bagi kita yang beriman dan pandai membaca isyarat.
Kematian Eril merupakan kehilangan yang sangat telak, juga merupakan pengalaman yang sungguh dahsyat.
Dalam momentum waktu yang nyaris sejajar, kami merasakan kehilangan yang sangat besar, tapi seketika itu juga, kami merasa dilimpahi kasih yang akbar.
Terakhir, kami sangat bersyukur dianugerahi seorang putra yang dalam hidupnya bahkan dalam pulangnya, masih mendatangkan cinta kepada kami sang orang tua.
Terima kasih, hatur nuhun, jazakallah khoiron kasiron atas segala cinta, doa yang dipanjatkan untuk Ananda Eril, semoga Allah membalas berlipat-libat kebaikan anda semuanya.”
Demikianlah ungkapan cinta Ridwan Kamil untuk sang putra, Eril yang disampaikan setelah prosesi pemakaman.***