Apa Itu Puisi Jawa Kuna? Simak Selengkapnya Pengertian Puisi Jawa Kuna

- 7 Juni 2022, 22:00 WIB
Ilustrasi apa itu puisi Jawa Kuna? Simak selengkapnya pengertian puisi Jawa Kuna.
Ilustrasi apa itu puisi Jawa Kuna? Simak selengkapnya pengertian puisi Jawa Kuna. /mufidpwt/pixabay/

BERITA MATARAMAN - Puisi Jawa Kuna merupakan istilah untuk menyebut satu genre sastra Jawa yang lazim dikenal sebagai kakawin. 

Kakawin adalah sebuah bentuk syair dalam bahasa Jawa kuna dengan metrum yang berasal dari India. Istilah kakawin berasal dari kata Sanskerta, yakni kata kawi.

Pada mulanya, dalam bahasa Sanskerta, kata kawi berarti “seseorang yang mempunyai pengertian luar biasa, seseorang yang dapat melihat hari depan, orang bijak”.

Akan tetapi, dalam sastra Sanskerta klasik, istilah kawi mempunyai arti khas, yakni “penyair”. Kata kawi yang berarti “penyair” ini kemudian diserap ke dalam bahasa Jawa Kuna.

Baca Juga: Yuk Mengenal Unggah Ungguh dalam Bahasa Jawa: Nguri-uri Budaya Jawa dalam Etika Sopan Santun

Kata kawi itu mengalami afiksasi, yaitu mendapat tambahan prefiks ka- dan sufiks -ěn. 

Selanjutnya, vokal ě pada sufiks -ěn luluh karena mengalami persandian dengan vokal i pada kata kawi sehingga terbentuk kata kakawin, yang berarti “karya seorang penyair, syairnya” (Zoetmulder, 1985: 119).

Puisi Jawa Kuna atau kakawin dipengaruhi oleh tradisi kāvya di India. Akan tetapi, kakawin dalam banyak segi berbeda dengan kāvya.

Kakawin mengembangkan satu bentuk dengan ciri-cirinya sendiri.

Menurut Zoetmulder (1985: 130), hal itu dapat dibuktikan berdasarkan data bahwa lebih daripada separuh metrum yang dimuat dalam kakawin-kakawin sama sekali tidak terdapat dalam buku-buku pedoman metrum di India.

Kecuali itu, praktik penggunaan metrum panjang dalam kakawin lebih dominan daripada penggunaan metrum pendek, sebagaimana tampak dalam praktik puisi di India.

Ada kemungkinan prosodi tertentu diikuti dalam perkembangan praktik kakawin, baik di Jawa maupun di Bali.

Zoetmulder (1985: 133) menyebutkan bahwa Kakawin WåttāyanaBhomāntaka, dan Narakawijaya, di samping Kakawin Rāmāyana, diperkirakan menjadi pedoman dalam penggubahan kakawin Jawa Kuna.

Baca Juga: Contoh Cerkak Bahasa Jawa Tema Bebas

Sementara itu, Kakawin Wåttasañcaya dikatakan bukan sebuah kodifikasi kaidah-kaidah yang dipakai dalam praktik kakawin Jawa Kuna karena tradisi persajakan dalam kakawin yang telah berkembang sejak pemerintahan Airlangga (awal abad XI) sampai akhir Majapahit (akhir abad XV) tidak tercermin di dalamnya.

Di Bali, di samping kakawin-kakawin tersebut, masih ada lagi naskah lain yang boleh jadi merupakan pedoman dalam penggubahan kakawin.

Naskah dimaksud adalah Canda prosa dan Kakawin Guru-laghu.***

Editor: Jumadi

Sumber: Kalangwan


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x