BERITA MATARAMAN – Artikel ini membahas 77 peribahasa Jawa yang berhubungan dengan sifat seseorang.
Setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda, dan masyarakat Jawa mengungkapkannya dengan peribahasa Jawa.
Peribahasa Jawa merupakan bagian dari budaya Jawa yang adiluhung, dan perlu untuk dipelajari.
Masyarakat Jawa dalam menilai sifat seseorang tidak dengan kata secara langsung, namun dengan perumpamaan-perumpamaan.
Baca Juga: 50 Peribahasa Jawa dan Artinya yang Berkaitan Dengan Watak Manusia
Dalam artikel ini dibahas perumpamaan yang berhubungan dengan sifat seseorang dikutip dari Buku Peribahasa Jawa Sebagai Cermin Watak, Sifat, Dan Perilaku Manusia Karya Sri Rahayu Prihatmi, Anhari Basuki, Trias Yusuf, Slamet Ds, Diterbitkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003.
Berikut ini 77 peribahasa Jawa berhubungan dengan sifat manusia.
1. Jalak ampir: orang yang kalau berpergian gemar singgah
2. Jalma mati murka: orang yang serakah mati karena keserakahanya
3. Jangkrik mambu kili: orang yang penaik darah diberi semangat marah
4. Jati katlusupan luyung: orang baik dipengaruhi oleh orang jahat
5. Jenang dodol tibo ing wedi: seseorang yang kata-katanya selalu tidak enak didengarkan
6. Jurang growoh ora mili: banyak janji tidak ada kenyataan
7. Kabegjan kabrayan: orang yang mendapatkan tempat selayaknya
8. Kablowok: orang yang salah karena kelakuanya
9. Kadang konang: orang yang akrab dengan saudaranya-saudaranya
10. Kahusti sabda pralaya: penjahat mati karena perkataanya sendiri
11. Kalah cacak menang cacak: berhasil atau tidak sebaiknya diusahakan lebih dahulu
12. Karumiyinan tuwuh: orang yang masih muda bertingkah laku seperti orang tua
13. Kasandung ing rata kabentus ing awang-awang: orang yang mendapat halangan di tempat yang baik
14. Kebak luber kocak-kacik: orang yang berubah sifat dan pikiranya
15. Kegedhen endas kurang uthek: orang yang sangat angkuh
16. Kementhus nora becus: orang yang banyak bicara tapi tidak bekerja
17. Kementhak angelathak: orang yang sombong sifatnya
18. Lebak ilining banyu: kesalahan orang besar dijatuhkan kepada orang kecil
19. Madaya ketingal rupane: orang yang mengingkari janji kelihatan dari wajahnya
20. Malik bumi: orang yang berbalik sifatnya
21. Marta wisuna: orang yang tidak mau menduakan kehendak
22. Masang kala: orang yang mencari kesalahan orang lain
23. Mecel manuk miber: orang yang serba bisa dan serba kuasa
24. Medhot raketan: orang yang memutus persaudaraan
25. Menthek monthok: orang yang bangga karena dipuji
26. Micakake wong melek: orang yang sok tahu, membodohi orang yang lebih tahu
27. Midak supata: orang yang melanggar sumpahnya sendiri
28. Milih papan: orang yang tahu sopan santun
29. Mloroting wuwung oweahing sirap: bencana yang selalu datang
30. Nabok nyilih tangan: orang yang berbuat jahat kepada orang lain, tetapi dengan meminta bantuan orang lain
31. Napuk rai: membuat malu orang lain
32. Ngaji mumpung: memanfaatkan kesempatan
33. Ngandel tale gedebog: orang yang percaya kepada orang yang tidak dapat diandalkan
34. Ngiket-iketi dengkul: orang tau selalu mengambil hati anak cucu
35. Ngisor galeng duwur galeng: orang bawah selalu tertutup
36. Ngoyak-oyak turus ijo: menggangu tanpa sebab
37. Ngrumpak jajahan rowang: orang yang suka mencela, menciutkan nyali, dan membuat celaka teman
38. Ngubak-ubak banyu bening: menganggu ketentraman
39. Ngumpulake balung pisah: orang yang berbesanan dengan saudara jauh yang diibaratkan mengumpulkan tulang yang terpisah
40. Ngunjara setan: mengekang hawa nafsu
41. Nyawati akarya desi: orang yang mengingkari perkataanya
42. Nyungkup kramat bejad: memperbaiki sifat yang dianggap telah rusak oleh masyarakat
43. Njunjung ngentebake: kelihatanya menyanjung, tetapi sebenarnya menjatuhkan
44. Obah ngarep kobet mburi: pemimpin selalu menjadi panutan
45. Ora ono geni tanpa kukus: tidak ada perbuatan tanpa pembicaraan
46. Ora ono teken wedi ing jeblogan: tidak mungkin sesuatu yang pasti itu tidak terjadi
47. Pupuk bawang: anak-anak yang ikut permainan orang yang lebih dewasa
48. Raga tanpa mule: orang yang sudah tidak dihormati
49. Rupak segarane: orang yang tidak suka memaafkan orang lain
50. Sabda minangka panggeh: ucapan sebagai sesuatu yang kukuh
51. Sadulur sinarawedi: bagai saudara kembar, suka- duka ditanggung Bersama
52. Sajimpit sakojong:sedikit banyak sama saja
53. Salaku jantraku: orang yang mengikuti segala kehendak orang yang dihormati
54. Sidhem kanginan: orang yang menyembunyikan penyakit
55. Sipat kandel: barang sesuatu yang dipakai oleh orang untuk azimat
56. Sluman-slumun-slamet: orang yang berjalan di tempat gawat, tetapi selalu selamat
57. Songgom egrek-egrek: orang jujur diberi kepercayaan
58. Srowal-srowol: orang yang sering menyerobot percakapan
59. Sugih pari angawak-awakake: orang sombong karena mampu menguasai Bahasa
60. Sembur-sembur ada, siram-siram bayem: orang yang mampu memberikan ketenangan kepada orang lain
61. Tan-tan tuman: tahan terhadap sesuatu karena biasa
62. Tebah tembung: orang yang mempunyai perhatian
63. Tesmak bathok: orang yang besifat sok tahu
64. Tumbak cucukan: sifat orang yang suka mengadukan pembicaraan kepada orang lain
65. Tumbu oleh tutup: orang yang mendapatkan jodoh
66. Tuna dungkap: cita-cita orang yang mempunyai maksud, tetapi tidak sampai
67. Tunjung tuwuh ing sela: sesuatu yang mustahil
68. Tunggak jarak mrajak tunggak jati mati: keturunan orang kecil jadi besar, keturunan orang besar jadi kecil
69. Thak-thak kaya klothak: orang yang banyak tingkahnya
70. Turuten pituture wong tuwo: ikutilah nasihat orang tua
71. Titikane trahing ngawirya solah tingkah kang tata: Tanda Tindakan manusia dari watak dan tingkah lakunya yang teratur
72. Uwot gedebog: orang dipercaya tutur katanya
73. Weruh ing gurubyuk ora weruh ing rembug: orang yang terkait sesuatu, tetapi tidak tahu asal-usulnya
74. Wigih-wigih urang: orang memegang sesuatu dengan enggan
75. Wong pinter kebliger: orang pandai, tetapi tidak dapat menerapkan kepandaianya
76. Yoga anggangga yogi: bersahabat dengan orang yang sering memberi nasihat
77. Yuyu rumpung ambrong ronge: orang yang lemah. Tetapi tidak mau dipandang lemah
Demikan peribahasa Jawa yang berkaitan dengan sifat seseorang untuk dipelajari, agar budaya yang adiluhung ini tidak punah. Semoga bisa bermanfaat.***
Artikel Rekomendasi