Pengertian Bahasa Ngoko, Madya dan Krama dalam Bahasa Jawa Lengkap dengan Contoh Penggunaan

- 17 Mei 2022, 08:09 WIB
Pengertian Bahasa Ngoko, Madya dan Krama dalam Bahasa Jawa Lengkap dengan Contoh Penggunaan
Pengertian Bahasa Ngoko, Madya dan Krama dalam Bahasa Jawa Lengkap dengan Contoh Penggunaan /@journey_traveling

BERITA MATARAMAN – Inilah pengertian Bahasa Ngoko, Madya dan Krama dalam Bahasa Jawa.

Dalam artikel ini, akan juga dilengkap dengan contoh penggunaan Bahasa Jawa Ngoko, Madya dan Kkrama.

Penggunaan Bahasa Jawa dengan pilihan kata dan tingkat tutur yang tepat, akan membawa penggunanya bersikap rendah hati atau andhap asor.

Baca Juga: Yuk Mengenal Unggah Ungguh dalam Bahasa Jawa: Nguri-uri Budaya Jawa dalam Etika Sopan Santun

Sebagai orang Jawa, sebisa mungkin menempatkan diri atau empan papan, santun, saling menghormati atau 'ajen-ingajenan', menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, serta menjaga perasaan orang lain.

Unggah-ungguh basa bagi orang Jawa dianggap sebagai hal terpenting dalam sendi kehidupan bermasyarakat.

Dalam masyarakat Jawa, ada beberapa tingkatan dalam berbahasa dengan sesama, dengan berbagai perbedaan dalam masing-masing tingkatan.

Adanya tingkatan dalam berbahasa Jawa dimaksudkan agar orang yang menerapkannya tidak akan dikatakan sebagai orang yang tidak tahu adat dan sopan-santun, meninggalkan tata-krama.

Baca Juga: Contoh Pidato Bahasa Jawa Sambutan Kelas 8 di Acara Perpisahan Sekolah

Dan sebaliknya, ketika tidak menerapkan tingkatan unggah ungguh basa, maka akan disebut sebagai bukan orang Jawa lagi atau dikatakan sebagai 'ora Njawani'.

Maksudnya, di dalamnya terkandung ungkapan perasaan yang oleh orang Jawa disebut 'ewuh pakewuh' atau 'rasa tidak enak hati'.

Orang Jawa akan merasa tidak enak hati jika berbicara tidak sopan atau menggunakan tingkat tutur untuk teman sederajat kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya, lebih tua, atau dengan orang yang baru dikenal.

Sehingga tutur kata dalam orang Jawa dibagi menjadi tiga, yakni

A. Basa ngoko

Basa ngoko adalah tutur kata yang bercirikan semua kata-kata yang digunakan kata aku, kowe, awalan, dan akhirannya. Penerapannya dalam percakapan adalah sebagai berikut:

1. 'ngudarasa' atau berbicara kepada diri sendiri.

Contoh:

Wetengku kok luwe ya, wah enake tuku sega kucing wae.

Perutku kok lapar ya, wah enaknya beli nasi kucing saja.

2. Orang tua kepada anak, cucu, anak kecil, atau anak muda lainnya yang sudah dikenal.

Contoh:

Le, Simbah jupukna wedang, Simbah ngelak!

Le, Simbah ambilkanlah air minum, Simbah haus!

3. Terhadap sesamanya tanpa memandang pangkat dan derajat, seperti anak-anak dengan temannya.

Contoh:

Tarto, mengko mulih sekolah dolan ana ing omahmu, ya!

'Tarto, nanti pulang sekolah main di rumahmu, ya!

Atasan terhadap bawahannya (tidakselalu)

Contoh:

Pak Gimin, mengko sawise ngeterake aku menyang kantor, terus pethuken ibune ya!

'Pak Gimin,nanti setelah mengantar saya ke kantor, lalu jemput ibu, ya!'

B. Basa Madya

Basa madya adalah tingkat tutur madya ngoko, kata-katanya ngoko tercampur kata-kata madya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

Aku: diganti kula

Kowe: diganti dika

Awalan tak-: diganti kula

Awalan ko-: diganti dika

Awalan di-: tetap.

Tingkat tutur ini biasa digunakan oleh orang-orang yang tinggal di pedesaan atau pegunungan (pada jaman dahulu).

Contoh:

Endi uwite sing ajeng ditegor niku?

Mana pohon yang akan ditebang?

Dadi ajeng dienggo gawe omah kayu niku, ning niki wis onten bubuke.

Jadi kayu itu mau dipakai untuk membuat rumah, tetapi ini sudah ada bubuknya.

C. Basa krama

Basa krama adalah adalah tingkat tutur kata yang wujudnya sama dengan mudha krama, tetapi ada kata yang diganti  sebagai pernghormatan khusus.

Ciri-ciri basa krama:

Aku diganti: kawula, abdidalem(abdalem), kawula.

Kowe diganti: panjenengan dalem atau nandalem, sampeyan dalem (untuk raja).

Awalan dak-: diganti: kawula, adalem atau kula

Awalan ko-: diganti: panjenengan dalem, utawa sampeyan dalem (untuk raja)

Awalan di-: diganti: dipun.

Penambang -ku: diganti: kawula, atau kula atau abdidalem kawula (adalem) kata sebelumnya ditambah -ipun, anak kula menjadi: anakipun abdidalem kawula

Penambang -mu, : diganti : dalem

Penambang -e/ne, : diganti : -ipun/nipun

Penambang -ake, : diganti : -aken

Tingkat tutur ini digunakan oleh priyayi cilik kepada priyayi gedhe dan lebih banyak digunakan di lingkungan keraton atau untuk berdoa.

Contoh:

Menapa kepareng abdidalem kawula matur sekedhik dhumateng nandalem?

Apakah diperbolehkan saya mengatakan sesuatu kepada Anda?

Panjenengan dalem kaaturan tindak dhateng griyanipun Ki Soma.

Anda dimohon pergi ke rumahnya Ki Soma.

Baca Juga: 50 Peribahasa Jawa yang Perlu Untuk Dipelajari Yang Berhubungan Dengan Sifat Manusia Lengkap Dengan Artinya

Demikian pengertian bahasa ngoko, Madya, dan krama dalam Bahasa Jawa lengkap dengan contoh penggunaan. Semoga bermanfaat.***

Editor: R. Nur

Sumber: Buku Unggah Unggu Basa Jawa


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x