Bagaimana Sejarah Idul Adha atau Idul Kurban? Simak Penjelasan Gus Baha Berikut Ini

- 23 Juni 2022, 11:00 WIB
Bagaimana Sejarah Idul Adha atau Idul Kurban? Simak Penjelasan Gus Baha Berikut Ini
Bagaimana Sejarah Idul Adha atau Idul Kurban? Simak Penjelasan Gus Baha Berikut Ini /Gus Baha

BERITA MATARAMAN - Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim pernah menceritakan mengenai sejarah Idul Adha atau Idul Kurban.

Sejarah Idul Adha atau Idul Kurban, menurut Gus Baha dari penjelasannya dalam video YouTube, berkaitan erat dengan kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail.

Gus Baha menjelaskan mengenai sejarah Idul Adha atau Idul Kurban ini dalam Chanel Beranda Ngaji yang diunggah pada 21 Juni 2022.

Baca Juga: Keutamaan Surat Yasin dan Memahami Terjemahan Bahasa Indonesia Lengkap 83 Ayat

Dalam video berdurasi 8 menit lebih 38 detik tersebut, Gus Baha menjelaskan mengenai sejarah adanya Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban yang hingga kini sudah diperingati umat Islam.

Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban tidak lama lagi akan dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Seperti diketahui, bahwa menurut sebagian Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban pada tahun ini diprediksi akan jatuh pada 9 Juli 2022. 

Hari Raya Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan kurban bagi yang mampu menunaikannya. Adapun hewan yang disembelih untuk ibadah kurban yaitu sapi, kambing, domba, kerbau, maupun unta.

Baca Juga: Bacaan Talbiyah Itu Apa? Simak Pengertian Singkatnya, Lengkap dengan Lafal Talbiyah Arab, Latin dan Artinya

Oleh sebab itu, Idul Adha disebut juga dengan Hari Raya Kurban. Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban ini ternyata memiliki sejarah atau asal-usulnya.

Mengenai sejarah Idul Adha ini, silahkan simak penjelasan Gus Baha yang sudah redaksi simpulkan berikut ini.

Menurut Gus Baha, pada zaman dulu tokoh-tokoh Quraisy penunggu Ka'bah sudah tidak bertauhid atau dengan kata lain musyrik (jika dalam istilah agama).

Pada saat itu, tradisi masyrakat ketika sedang berkumpul selalu disertai dengan makan bersama. Namun, saat itu korbannya selalu perempuan.

Baca Juga: INNALILLAHI, Ini Kronologi Putra Buya Arrazy Hasyim Meninggal Dunia Tertembak Senjata Anggota Polri

Jadi, perempuan hanya boleh memasak dan makan makanannya setelah semuanya selesai dan pulang.

Para perempuan itu hanya memakan sisa makanan. Kemudian yang memilihkan makanan itu adalah Abu Jahal.

Abu Jahal sebagai pembesar Suku Quraisy saat itu juga mengatakan bahwa hewan yang akan dikorbankan atau disembelih itu harus bagus, spesial, bahkan hingga tidak boleh dikawinkan, tidak pernah dikendarai, juga belum pernah dipakai membajak sawah.

Baca Juga: Jelang Idul Adha 2022, Pakar UGM Beri 5 Tips Memilih Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK

Hewan tersebut kemudian dikorbankan di depan Ka'bah. Nah, pertanyaannya, Ka'bah ini tidak mungkin untuk memakan daging hewan tersebut.

Lalu, siapa yang akan memakan daging hewan yang sudah dikorbankan untuk Ka'bah tadi? Tentu para ketua suku seperti Abu Jahal tadi. Meskipun hewan yang disembelih tadi tetap diatasnamakan Allah (Taqarrub llallah). 

Para ketua suku ini mengatakan, bahwa karena hewan yang sudah dikorbankan tadi itu spesial, maka yang berhak memakan juga orang spesial pula.

Orang spesial ini seperti para penunggu Ka'bah tadi. Namun, karena mereka (para ketua suku) tadi tidak benar dan tidak jujur, maka Islam akhirnya merubah tradisi tersebut.

Baca Juga: 25 Nasihat Gus Baha Tentang Kehidupan, Bikin Adem dan Tenang Hati Cocok Dijadikan Caption Atau Status

Namun kemudian muncul permasalahan lagi. Jika tradisi tersebut dirubah, maka Islam akan terkesan pelit. Karena dari yang tadinya acara makan-makan, kemudian tidak lagi acara tersebut.

Jadi, kata Gus Baha, kadang suatu kebenaran itu harus diganti dengan sesuatu yang tidak ekstrim. Maka kemudian diganti dengan kata udhiyyah atau Qurban.

Karena Qurban sendiri merupakan syari'at Nabi Ibrahim. Di mana orang-orang Makkah merupakan keturunan Nabi Ibrahim. Sehingga sisa-sisa tradisi makan bersama masih ada. Hanya saja melenceng seperti adanya sesajen, khurafat dan bid'ah. 

Baca Juga: 5 Zodiak Ini Usil dan Menyebalkan Tapi Ngangenin Banget, Ada Aries dan Gemini

Setelah Nabi Muhammad Saw diutus kepada orang-orang Makkah, kemudian baru dibenahi. Namun yang dihilangkan adalah unsur kemusyrikannya, bukan tradisi makan-makan bersamanya.

Maka digantilah dengan kata udhiyyah tadi. Lalu mengapa ada Qurban? Nabi Ibrahim sendiri mengklaim bahwa dirinya adalah orang yang paling penyayang.

Paling sayang kepada Allah, paling dekat dengan Allah, tidak ada yang lebih dicintainya kecuali Allah.

Baca Juga: Inilah 4 Amalan Istimewa di Hari Jumat Menurut Syekh Ali Jaber yang Dapat Kita Kerjakan

Beliau (Nabi Ibrahim) memaklumatkan hal tersebut baik secara lisan maupun dalam hatinya. Ketika itu, Nabi belum memliki putra. Beliau termasuk orang yang lambat memiliki keturunan.

Di suatu saat Nabi Ibrahim ditakdirkan memiliki putra yang bernama Ismail. Ketika dalam masa bahagianya, justru putra yang masih kecil itu diperintahkan Allah untuk menyembelihnya.

Mengapa Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya? Karena Nabi Ibrahim pernah mengaku bahwa dirinya adalah orang yang paling mencintai Allah.

Namun setelah memiliki putra, Nabi Ibrahim tidak lagi dekat dan mencintai Allah. Meskipun Nabi Ibrahim sempat protes perintah Allah kepada dirinya untuk menyembelih Ismail, putranya, akhirnya Nabi Ibrahim mematuhi perintah Allah tersebut.

Baca Juga: Orang Pelit dan Kikir Wajib Baca Ini, Kata Habib Novel Alaydrus Malaikat akan Mendoakannya

Dari ketaatannya tersebut, maka Allah mengganti Nabi Ismail yang akan disembelih dengan kambing domba yang gemuk dan untuk makan keluarga Nabi Ibrahim.

Sehingga hingga saat ini, yang dikorbankan adalah hewan, bukan manusianya. Yang dipersembahkan adalah ketaatan kepada Allahnya, bukan bentuk harta atau hewan yang disembelih tersebut.

Demikian penjelasan Gus Baha mengenai sejarah Idul Adha atau Idul Kurban yang hingga saat ini sudah dijalankan umat Islam di seluruh dunia. Semoga bermanfaat.***

Editor: R. Nur

Sumber: Chanel YouTube Beranda Ngaji


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini