Lalu, siapa yang akan memakan daging hewan yang sudah dikorbankan untuk Ka'bah tadi? Tentu para ketua suku seperti Abu Jahal tadi. Meskipun hewan yang disembelih tadi tetap diatasnamakan Allah (Taqarrub llallah).
Para ketua suku ini mengatakan, bahwa karena hewan yang sudah dikorbankan tadi itu spesial, maka yang berhak memakan juga orang spesial pula.
Orang spesial ini seperti para penunggu Ka'bah tadi. Namun, karena mereka (para ketua suku) tadi tidak benar dan tidak jujur, maka Islam akhirnya merubah tradisi tersebut.
Namun kemudian muncul permasalahan lagi. Jika tradisi tersebut dirubah, maka Islam akan terkesan pelit. Karena dari yang tadinya acara makan-makan, kemudian tidak lagi acara tersebut.
Jadi, kata Gus Baha, kadang suatu kebenaran itu harus diganti dengan sesuatu yang tidak ekstrim. Maka kemudian diganti dengan kata udhiyyah atau Qurban.
Karena Qurban sendiri merupakan syari'at Nabi Ibrahim. Di mana orang-orang Makkah merupakan keturunan Nabi Ibrahim. Sehingga sisa-sisa tradisi makan bersama masih ada. Hanya saja melenceng seperti adanya sesajen, khurafat dan bid'ah.
Baca Juga: 5 Zodiak Ini Usil dan Menyebalkan Tapi Ngangenin Banget, Ada Aries dan Gemini
Setelah Nabi Muhammad Saw diutus kepada orang-orang Makkah, kemudian baru dibenahi. Namun yang dihilangkan adalah unsur kemusyrikannya, bukan tradisi makan-makan bersamanya.
Maka digantilah dengan kata udhiyyah tadi. Lalu mengapa ada Qurban? Nabi Ibrahim sendiri mengklaim bahwa dirinya adalah orang yang paling penyayang.
Artikel Rekomendasi