Imam Sholat Ini Tegur Jamaah yang Cuma Beribadah di Masjid, Tak Pernah Bekerja, Begini yang Terjadi Setelahnya

- 19 Januari 2022, 09:50 WIB
Ilustrasi - Imam sholat ini menegur jamaah yang menghabiskan waktunya hanya untuk i'tikaf dan sholat di Masjid saja. Begini yang terjadi setelahnya
Ilustrasi - Imam sholat ini menegur jamaah yang menghabiskan waktunya hanya untuk i'tikaf dan sholat di Masjid saja. Begini yang terjadi setelahnya /Ahmet Polat/Pexels

BeritaMataraman.com – Imam sholat ini menegur salah satu jamaahnya karena saban hari hanya beri'tikaf dan sholat di Masjid saja.

Si Imam memberikan teguran karena jamaah laki-laki tersebut tak pernah bekerja mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhannya.

Imam sholat itu pun memberikan ultimatum.

Jika laki-laki itu tetap cuma beri'tikaf dan sholat di Masjid tanpa bekerja, maka ia akan mengusirnya dari Masjid tersebut.

Kisah laki-laki ini dituturkan oleh Habib Jamal bin Toha Ba'agil, ulama asal Malang, Jawa Timur.

Baca Juga: Kisah Orang yang Habiskan Waktu di Masjid Berujung Teguran Imam Sholat, Endingnya Bikin Nyesek

“Ada riwayat, ini riwayat kejadiannya di Masjid. Kebetulan peristiwa ini adalah berkaitan dengan takmir Masjid,” kata Habib asal Malang ini dikutip dari Channel Youtube Anwaruttaufiq, Selasa 18 Januari 2022.

“Di suatu negeri ada Masjid jami’. Kemudian di Masjid tersebut ada seorang yang dia itu melepas urusan dunianya dan hanya menyambut Allah SWT,” sambungnya.

Saban harinya orang tersebut hanya i'tikaf dan sholat. Orang tersebut tak pernah absen mengerjakan sholat fardhu berjamaah.

“Subuh Masjid dibuka dia ada sampai Dhuha, pulang. Dzuhur ada, Ashar ada, sudah gitu hidupnya di Masjid berjam-jam tiap hari,” beber Habib Jamal.

Aktivitas orang ini ternyata menarik perhatian takmir dan Imam Masjid setempat. Mereka penasaran sebenarnya apa pekerjaan laki-laki ini.

“Akhirnya suatu hari Imam Masjidnya mendatangi orang tersebut,” tutur Habib Jamal.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” ucap Imam Masjid.

“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab laki-laki tersebut yang selanjutnya sebut saja si ahli ibadah.

“Maaf bapak, saya mau tanya,” kata Imam.

“Monggo,” jawab si ahli ibadah.

“Saya perhatikan sudah berbulan-bulan ini sampean tidak ada kegiatan kecuali i'tikaf dan sholat di masjd. Betul?” tanya Imam.

“Betul,” jawabnya.

“Kalau boleh tahu, bapak enggak kerja?” sang Imam kembali bertanya.

“Pak Imam saya tajarot hanya hidup untuk ibadah. Rezeki Allah Ta’ala yang nanggung, dan alhamdulillah saya enggak pernah kelaparan,” jawab si ahli ibadah ini.

“La ya, saya tahu itu rezeki dari Allah. Tapi hendaknya kau walaupun sholat, walaupun ibadah mesti punya waktu untuk kerja, cari rezekinya Allah, bukan kamu di Masjid ibadah saja. Siapa nanti yang mau nanggung kehidupanmu?” sahut si Imam.

“Allah,” jawab orang tersebut.

“La iya Allah, tapi kan harus ada upah, harus kerja,” tutur si Imam.

“Ya udah kalau gitu insyaallah saya akan cari kerja,” kata si ahli ibadah.

“Kalau sampean enggak cari kerja, enggak saya bolehkan di Masjid ini, saya usir,” kata sang Imam lagi.

Selang tiga hari setelahnya, si Imam terkejut karena mendapati orang tersebut rutin i'tikaf dan sholat berjamaah di Masjid lagi.

Sesuai perkataan sebelumnya, si Imam lalu menanyai lagi ke laki-laki tersebut apakah sudah mendapat pekerjaan seperti yang disarankannya.

“Mas maaf, anda sudah kerja atau belum?” tanya Imam.

“Belum,” jawab si ahli ibadah.

“Anda masih mau i'tikaf di sini?” si Imam mulai mencecar pertanyaan lagi.

“Iya maaf, (tapi) nanti dulu. Saya kemarin mau kerja, saya sudah daftar untuk jadi pegawai enggak tahunya bosnya berkata ‘mas, sampean enggak usah kerja, tapi saya tanggung bulanannya, jadi sampean enggak usah kerja… Wes nggak usah kerjo tak ke’i rong juta wes kono ndek Masjid iktikaf ngaji’,” jawab laki-laki tersebut.

“Nah, kalau sudah ada yang nanggung gini enggak apa-apa sampean mau i'tikaf, mau ibadah enggak apa-apa,” si Imam merasa lega atas jawaban tersebut.

“Waihaq! hai Imam, sunggun celaka engkau,” kata si ahli ibadah dengan tajam.

“Kenapa?” tanya Imam.

“Tidak sepantasnya engkau ada di mihrab untuk menjadi Imamnya kaum muslimin,” tutur si ahli ibadah itu.

“Apa salahku?” si Imam binggung apa kesalahannya.

“Salahmu ketika engkau bertanya kepadaku ‘siapa yang nanggung rezekimu, aku jawab Allah, kamu enggak yakin’. Tapi Ketika ada orang yang punya toko menanggung saya, kamu katakan la kalau itu enggak apa-apa. Kamu lebih bersandar dengan makhluk, enggak bersandar dengan khaliq. Maaf wahai Imam, semua sholatku di belakangmu selama berapa bulan di sini aku akan mengqodhonya, karena saya tidak menjadi makmum seorang yang tidak berkeyakinan kepada Allah,” katanya.

Mendengar perkataan orang tersebut si Imam menangis tersedu-sedu. Ia baru menyadari kesalahannya.

Menurut Habib Jamal, apa yang dialami si Imam inilah cermin dari kondisi masyarakat kita saat ini.

“Itu Imam keadaan kita saat ini. Kalau yang menanggung makhluk kita percaya, kalau yang nanggung khaliq enggak percaya,” pungkas Habib Jamal.***

Editor: U. Hadi

Sumber: Channel Youtube Anwaruttaufiq


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini