Memahami Asal Usul Kurban, Simak Penjelasan dari Gus Baha Berikut Ini

23 Juni 2022, 20:33 WIB
Gus Baha Jelaskan Asal Usul Kurban /Tangkapan layar YouTube/Najwa Shihab/

BERITA MATARAMAN - Dalam kesempatan ngajinya, Gus Baha menjelaskan asal-usul kurban dengan baik.

Terlebih orang-orang yang sudah berniat untuk berkurban. Gus Baha bahkan menyinggung, terkait Kabah yang menjadi korban dari kelompok Abu Jahal dengan dalih kurban. 

Kurban yang diturunkan pada masa Nabi Ibrahim, sudah melenceng jauh dari syariat aslinya, dan Gus Baha menjelaskan dengan rinci bagaimana asal-usul hal itu terjadi. 

Baca Juga: Idul Adha 2022 Segera Tiba, Ini Tips Simpel Memasak atau Mengolah Daging Kambing Agar Empuk dan Tidak Bau

Dalam ngajinya yang diunggah pada kanal YouTube SAHABAT-ORCHID TV ditayangkan pada 21 Juni 2022, Gus Baha menjelaskan dengan rinci. 

Rasulullah yang membawa kurban secara Islam pada masa dahulu, dengan mengubah kultur dari orang-orang yang melenceng.

 

Pada masa dulu tokoh-tokoh Quraisy penunggu Kabah itu, tidak melaksanakan ajaran kurban dengan benar. Kalau dalam bahasa agama, itu sudah termasuk musyrik.

Mereka melakukan perkumpulan yang di mana-mana, termasuk kebutuhan pokok manusia. Dan dalam perkumpulan tersebut, mereka akan melaksanakan makan-makan. 

Baca Juga: Apa Perbedaan Surat Yasin dan Yasin Fadhilah? Berikut Penjelasannya Lengkap dengan Contoh

Namun di samping hal itu, para perempuan menjadi korban yang dirugikan.

Perempuan pada zaman itu hanya menerima sisa dari makanan para lelaki. Padahal perempuanlah yang bagian memasak makanan untuk disajikan dalam perkumpulan.

Dan yang menjadi pemimpin dari semua perkumpulan tersebut adalah paman Rasulullah, yaitu Abu Jahal dan kawan-kawannya.

Mereka menekankan bahwa, para perempuan tidak boleh makan sebelum para lelaki selesai.

Baca Juga: Keutamaan Surat Yasin dan Memahami Terjemahan Bahasa Indonesia Lengkap 83 Ayat

Jelas sekali hal ini merugikan dan tidak adil untuk kaum perempuan.

Untuk persyaratan hewan yang akan dikurbankan, harus bagus dan spesial.

Hewan yang akan menjadi kurban, tidak boleh dikawinkan atau dikendarai. Apalagi dipakai untuk membajak sawah dan sebagainya.

Baca Juga: Dahsyatnya Qulhu atau Surat Al Ikhlas Menurut Gus Baha

Hewan-hewan kurban tersebut, nanti dikurbankan di Kabah. Dan yang mereka jual itu adalah nama Kabah.

Sedangkan pada kenyataannya Kabah ini tidak memakan daging. Oleh karena itu, sebenarnya pihak yang diuntungkan adalah para tetua ini. 

Mereka melakukan hal itu dengan mengatasnamakan Allah, sehingga mereka mengatakan hal ini sebagai tipu muslihat :

وَقَالُ هَذِهِ اَنْعَمُ وَحَرْصٌ حِجْرٌ لَايَتَمُّهَا اِلَى مَنْ تَشَاءُ بِسَعْنِهِمْ

Yang artinya "Ini hewan Qurban harus spesial, dan yang berhak makan hanya orang-orang spesial, yaitu para penunggu Ka'bah."

Tapi karena mereka sudah tidak benar dan tidak jujur, maka Islam mau merubah kebiasaan tersebut.

Namun jika tradisi itu diubah, maka Islam akan terkenal pelit. Karena dari acara makan-makan menjadi tidak ada acara makan-makan sama sekali.

Baca Juga: Dewi Persik Digugat Cerai Sang Suami, Angga Wijaya, Apa Penyebabnya?

Jadi terkadang kebenaran itu harus diganti dengan sesuatu yang tidak ekstrem. Seperti halnya tadi dari acara makan-makan menjadi tidak ada makan-makan.

Lalu Islam mengganti dengan kalimat Ukhiyah dengan kata kurban.

Lalu kenapa itu harus terjadi?

Karena sebenarnya Qurban itu memang sudah turunan dari nabi Ibrahim, dan sisa makan-makannya masih. 

Namun sudah mulai melenceng dan mulai ada masalah dalam pelaksanaannya.

Kemudian Rasulullah Saw diutus oleh Allah SWT datang untuk membenahi hal tersebut.

Dan yang dibenahi adalah menghilangkan kemusyrikannya, bukan acara makan-makannya.

Baca Juga: Profil dan Biodata Buya Arrazy Hasyim, Pengasuh Lembaga Tasawuf Ribath Nouraniyah, Disertai Sanad Keilmuan

Nah, dari sinilah kurban yang sampai saat ini dilaksanakan oleh orang muslim, akhirnya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Dengan memahami makna Qurban dengan baik, maka kita akan terhindar dari sesuatu yang melenceng. 

Seperti halnya yang dijelaskan oleh Gus Baha dalam ngajinya tersebut.***

Editor: R. Nur

Tags

Terkini

Terpopuler