Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Isra Miraj Nabi Muhammad SAW Cocok dibaca Pada 25 Februari 2022

21 Februari 2022, 15:37 WIB
Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Isra Miraj Nabi Muhammad SAW /Pixabay.com/Pexels

BERITA MATARAMAN - Simak contoh teks Khutbah Jumat singkat tentang Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang sangat cocok dibaca pada besok tanggal 25 Februari 2022.

Informasi tentang contoh teks Khutbah Jumat tentang Isra Miraj Nabi Muhammad SAW bisa anda baca pada artikel ini secara lengkap dan lugas.

Contoh teks teks Khutbah Jumat kalini akan membahas solah Hikmah-hikmah pada peristiwa Isra Miraj Nabi muhammad SAW.

Seperti diketahui sebentar lagi akan ada peringatan Isra Miraj Nabi muhammad SAW. Tentu pada Khutbah Jumat tanggal 25 Februari 2022 sangat tepat jika memakai tema tersebut.

Namun apabila anda butuh referensi atau rekomendasi contoh teks Khutbah Jumat tentang Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, redaksi beritamataraman.com telah menyiapkannya.

Sehingga contoh teks Khutbah ini sangat cocok disampaikan khatib karena bertepatan dengan bulan Rajab 1443 H.

Contoh teks Khutbah Jumat tentang Isra Miraj ini dilansir dari situs Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras yang ditulis oleh Drs. KH. Abd. Choliq Mustaqim.

Baca Juga: Contoh Naskah Pidato Bahasa Jawa, Tema Isra Miraj, Singkat dan Jelas


Contoh teks Khutbah Jumat Isra Miraj Nabi muhammad SAW

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى شَرَعَ عَلَى عِبَادِهِ الشَّرِيْعَةَ الْعَلِيَّةَ. وَأَمَرَ هُمْ بِاْلاِعْتِمَادِ عَلَيْهَا وَاْلاِنْتِهَاءِ عَنِ الْبِدَعِ الدِّيْنِيَّةِ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ جَاءَ بِدِيْنِ اْلإِسْلاَمِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ السَّالِكِيْنَ سُبُلَ النَّجَاةِ.

فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالٰى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ, اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : سُبْحَانَ الَّذِى أَسْرٰى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلاَقْصٰى الَّذِى بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آٰيَاتِنَآ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ.

أَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالٰى وَخُذُوْا مَا اَتَاكُمُ الرَّسُوْلُ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَاكُمْ عَنْهُ لَعَلَّكُمْ تَرْشُدُوْنَ.

Kaum muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia

Allah SWT menciptakan alam seisinya untuk manusia, Allah mengatur segala kejadian di bumi, di langit dan di laut untuk manusia pula lantaran manusia memperoleh kelebihan anugerah yaitu akal.

Sebagai hamba Allah kita wajib ikhtiar untuk kemaslahatan hidup. Tetapi juga kita diwajibkan melaksanakan ibadah sebagai rasa penghambaan kepada Yang Maha Pencipta dengan mengharapkan ridla-Nya untuk kebahagiaan kita di akhirat.

Kaum muslimin jamaah Jum’ah rohimakumulloh

Bulan Rajab adalah bulan yang mulia, bulan di mana Nabi Muhammad SAW. diisra’kan dan dimi’rajkan. Isra’ berarti diberangkatkannya Rasulullah SAW. oleh Tuhannya pada satu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

سُبْحَانَ الَّذِى أَسْرٰى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلاَقْصٰى الَّذِى بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آٰيَاتِنَآ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (اسراء : 1)

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagai dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. “ (Al-Isra’ : 1).

Kemudian yang dimaksud dengan Mi’raj ialah berangkatnya Rasulullah SAW. dari Masjidil Aqsha naik ke langit tujuh menuju ke Sidratil Munthaha, dan akhirnya ke Mustawa.

Az-Zahri dan Urwah telah meriwayatkan, pada pagi hari setelah Rasulullah SAW. diisra’ mi’rajkan, ketika peristiwa Isra’ Mi’raj itu diceritakan kepada orang-orang Quraisy, mereka banyak yang tidak mempercayainya, bahkan mereka mengadakan reaksi membuat fitnah yang keras.

Dalam hal ini mereka pergi menuju Abu Bakar untuk memberi tahu tentang apa yang dikisahkan oleh Muhammad dengan berkata : “Wahai Abu Bakar, teman anda Muhammad sudah gila, ia mengaku–ngaku telah pergi ke Baitul Muqaddas kemudian naik ke langit sampai ke Sidratil Munthaha dan kembali lagi sebelum waktu pagi, adakah anda mempercayainya?”

Abu Bakar menjawab : “Kalau memang Muhammad berkata begitu, maka aku mempercayainya.”. “Engkau percaya dengan dia?”, tanya mereka. Abu Bakar menjawab : “Ya, aku percaya, bahkan lebih dari itu pun asal dia yang berkata, aku tetap percaya, dan itu pasti benar”. Maka dari peristiwa inilah Abu Bakar disebut dengan sebutan “Ash-Shiddiq”.

Baca Juga: Kisah Karomah Guru Sekumpul, Buah Rambutan Muncul Seketika Padahal Waktu Itu Tidak Musim

Kaum muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia

Dengan keterangan tersebut di atas dapat kita baca bersama, bahwa betapa berat tujuan yang dihadapi oleh Rasulullah SAW. Di tengah-tengah beliau menghadap orang-orang yang ingkar kepadanya, beliau masih terus memikirkan terhadap pengikut-pengikutnya sendiri yang tipis imannya sehingga tidak mempercayai adanya Isra’ Mi’raj, bahkan banyak dari kalangan mereka yang murtad meninggalkan agamanya. Na’udzu Billahi min Dzalik.

Di segi lain kita memperoleh pelajaran, bahwa untuk memperjuangkan agama Allah benar-benar dibutuhkan muslim-muslim yang sejati, teguh pendiriannya dan kuat keimanannya.

Dalam hal ini pengikut-pengikut Rasulullah SAW. telah diuji oleh Allah Ta’ala dengan adanya peristiwa Isra’ Mi’raj, yakni mereka mempercayainya dan malah bertambah iman ataukah mengingkari kebenarannya. Sehingga dengan demikian ibarat emas dapat kelihatan mana yang asli murni, dan mana yang imitasi, mana pengikut-pengikut Nabi yang sejati, mana yang sungguh-sungguh mendampingi Nabi, dan mana yang tidak.

Kaum muslimin jamaah Jum’ah rohimakumulloh

Dengan uraian tersebut tadi, kiranya dapat kita jadikan sebagai bahan pertanyaan bagi diri kita masing-masing, sudah pastikah kita mengaku–ngaku sebagai muslim yang tangguh, padahal kita belum pernah menghadapi ujian sebagaimana yang telah dihadapi oleh para sahabat Nabi.

Adakah kita siap dan sanggup disebut muslim sejati, ataukah hanya cukup puas menjadi muslim yang lemah pendiriannya? Jawabnya berada di dalam hati kita masing-masing.

Sebagaimana orang-orang terdahulu telah diuji keimanan oleh Allah SWT. lalu sekarang kapankah kita menghadapi ujian seperti itu? Kita tidak tahu persis, tetapi yang jelas Nabi Muhammad SAW. telah memberi isyarat kepada kita semua, bahwa di zaman akhir nanti akan terjadi berbagai fitnah yang mengharuskan kita untuk berwaspada agar jangan sampai menjadi korban akan hilangnya keimanan. Rasulullah SAW. bersabda :

بَادِرُوْا بِاْلاَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ فَسَتَكُوْنُ فِتَنٌ كَقَطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيَمْسِى كَافِرًا وَيُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحْ كَافِرًا يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا. (رواه مسلم)

“Bergegaslah kalian untuk beramal shalih. Sebab (pada saatnya) nanti akan terjadi berbagai fitnah bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita. Dan saat itu orang yang pagi harinya beriman kemudian sore harinya menjadi kafir. Dan pada sore harinya ia masih beriman kemudian pagi harinya berubah menjadi kafir, ia jual agamanya dengan harta benda (kemewahan) dunia.“ (HR. Muslim)


Fitnah yang diibaratkan dalam hadits tersebut sebagai malam yang gelap gulita, menggambarkan bahwa fitnah yang bakal terjadi bukan hanya sekedar fitnah, melainkan berupa bencana yang menyesatkan terhadap orang-orang yang tidak kuat imannya. Sebab menurut lazimnya malam adalah suatu saat yang diliputi oleh kegelapan sehingga bisa menyesatkan bagi siapa saja yang tidak siap membawa alat penerang.

Ciri-ciri datangnya fitnah tersebut adalah adanya pengaruh harta benda dan kemewahan duniawi yang dapat menyeret seseorang menuju kesesatan. Hal itu sebab yang utama adalah karena kerapuhan iman yang dimiliki oleh orang-orang di zaman akhir, sedang di lain fihak usaha untuk menggelincirkan iman seseorang begitu gencarnya, yaitu dengan memamerkan kemewahan-kemewahan dunia sebagai umpan.

Dengan demikian orang-orang yang tipis imannya rela menukar agamanya dengan kemewahan, kemegahan, kekuasaan, dan lain sebagainya. Mereka sudah tidak memperdulikan agamanya demi mengejar keuntungan duniawi, sehingga digambarkan pada saatnya nanti orang mudah sekali menjadi kafir. Pagi hari mukmin, tetapi pada sore harinya berubah menjadi kafir.


Untuk menghadapi datangnya fitnah yang bersumber dari kemewahan duniawi ini, Nabi Muhammad SAW. telah menganjurkan kepada umatnya untuk bergegas atau memperbanyak amal shalih. jangan menunda atau membuang kesempatan. Isilah kesempatan itu untuk menjalankan amal shalih sebagai bentengnya iman. Semakin banyak amal shalihnya semakin kuat pula imannya.

Baca Juga: Kisah Karomah Abah Guru Sekumpul, Sopir Diberi Kopiah Hitam Seketika Rajin Ibadah

Kaum muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.

Memang proses goyangnya iman seseorang banyak berlatar belakang karena pengaruh-pengaruh duniawi. Oleh karena itu Rasulullah SAW. mengingatkan dalam Khutbahnya :

اِنَّ مَا اَخَافَ عَلَيْكُم بَعْدِىْ مَا يُفْتَحُ عَلَيْكُمْ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتِهَا (متفق عليه)

“Sesungguhnya di antara yang paling aku kuatirkan atas kalian sepeninggalku nanti adalah terbuka lebarnya kemewahan dunia dan keindahannya. “ (HR. Bukhari dan Muslim)

Kaum muslimin jamaah Jum’ah rohimakumulloh

Marilah kita lebih mensyukuri ni’mat Allah, sebab dengan datangnya bulan Rajab ini kita ingat kembali betapa Rasulullah SAW. diangkat ke hadirat Allah untuk menerima perintah shalat lima waktu.

Sungguh tinggi nilai shalat dibanding perintah-perintah yang lain, seperti zakat, puasa, dan haji. Sebab itulah kita wajib menyadari pentingnya ibadah shalat, dengan melaksanakan secara ikhlas dan khusyu’ sebagai bukti taqwa kita. Ketinggian nilai shalat inilah yang menempatkannya sebagai sendi agama. Rasulullah SAW. bersabda :

اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنِ فَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ

“Shalat (lima waktu) adalah tiang agama, dan barang siapa yang meninggalkannya berarti ia telah merobohkan agama.“ (Al-Hadits).

Dengan shalat kita dididik, dilatih sehingga menjadi bagian dari hidup kita, supaya bersih badan dari hadats, bersih pakaian dari pada najis, bersih dari syirik. Dengan shalat kita membentuk pandangan hidup kita, bahwa Yang Maha Besar hanyalah Allah saja sedang yang lainnya kecil belaka. Dengan shalat kita dididik menetapkan tujuan dan arah hidup, jangan berpaling! Dengan shalat kita dididik menetapkan tujuan dan arah hidup, ini seluruhnya sebagai berikut :

اِنَّ صَلاَتِىْ وَنُسُكِىْ وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِىْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

“Sesungguhnya shalat saya, bahkan hidup dan matiku, hanya buat Allah semata-mata.”

Baca Juga: Karomah Guru Sekumpul Martapura, Punya Kantong Uang Unlimited

Kaum muslimin jamaah Jum’ah rohimakumulloh

Nabi Muhammad SAW. untuk menerima perintah shalat, beliau dipanggil sendiri ke hadirat Allah SWT., tidak sebagaimana perintah-perintah lainnya yang cukup dengan perantara wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril untuk disampaikan kepada Nabi. Ini menunjukkan, bahwa perintah wajib shalat itu sangat penting sekali dan shalat merupakan satu rangka pokok-pokok iman, sebagaimana firman Allah :

وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ (التوبة : 71)

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi kebahagiaan yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sembayang, manunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Perkasa lagi Maha Bijaksana.“ (At-Taubat : 71)

Ayat ini menyatakan, bahwa orang-orang yang beriman itu satu sama lain wajib tolong-menolong, menyuruh ma’ruf (kebaikan) dan mencegah kejahatan, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menta’ati Allah dan Rasul-Nya.

Walhasil dengan tegas ayat ini menerangkan, bahwa shalat itu suatu rangkaian iman, yang mendirikan shalat itulah mukmin yang benar, yang sungguh-sungguh menegakkan syiar Islam. Karena itu seseorang yang tiada bershalat berarti tiada takut kepada Allah, tiada menyerah diri kepada-Nya dan ia dipandang bukan seorang mukmin. Oleh karena itu janganlah sekali-kali kita melalaikan shalat, firman Allah sebagai berikut :

يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ (المنافقون : 9)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.“ (Al-Munafiqun : 9)

بَارَكَ اللهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَاتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ, اَقُوْلُ قَوْلِىْ هٰذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِىْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Demikian rekomendasi khutbah Jumat edisi 25 Februari 2022 yang cocok sebagai materi khutbah jumat bulan Rajab tentang Hikmah Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Demikian rekomendasi contoh teks Khutbah Jumat tentang peringatan Isra Miraj Nabi muhammad SAW tahun 2022.***

Editor: Taufiqurrohman

Sumber: Tambakberas.com

Tags

Terkini

Terpopuler