Tak Hanya Bipolar Yang diderita Marshanda, Inilah Penyakit Yang Juga Penting Untuk Diperhatikan

- 27 Juni 2022, 22:57 WIB
Selain penyakit Bipolar inilah penyakit yang diduga didera Marshanda
Selain penyakit Bipolar inilah penyakit yang diduga didera Marshanda /Instagram @marshanda99

BERITA MATARAMAN - Kejadian hilangnya Marshanda yang hilang di Amerika Serikat dikaitkan dengan gejala bipolar yang dideritanya.
 
Disebut-sebut, bahwa bipolar ini merupakan sebuah penyakit gangguan kesehatan jiwa yang diderita Marshanda. 
 
Marshanda dikabarkan hilang di Los Angeles Amerika Serikat setelah sahabatnya, Sheila Salsabila, mengunggah informasi tersebut di akun medsos miliknya dan menyebut karena gangguan bipolar.
 
 
Marshanda, aktris berdarah Minang itu hilang karena kondisi mentalnya tengah berada di kondisi fase manik bipolar.
 
Namun, selain manik bipolar, ada lagi penyakit yang mirip dengannya. Penyakit ini merupakan penyakit gangguan jiwa yang juga tidak bisa disepelekan.
 
Penyakit itu dinamakan Anxiety Disorders. Nah, apa itu Anxiety Disorder? Berikut penjelasan dari akun YouTube Neuron.
 
Semua orang, pasti mengalami kecemasan. Baik cemas ketika akan menghadapi ujian, interview kerja, harus bayar tagihan atau bahkan ketika harus berinteraksi dengan orang lain.
 
Kecemasan pada umumnya normal. Namun akan menjadi berbeda ketika kecemasan tersebut berlangsung secara terus-menerus dan terjadi tanpa alasan yang jelas.
 
Kapankah suatu kecemasan bukan sekadar perasaan yang datang dan pergi?
Melainkan penyakit yang serius?
Dari segi bahasa, anxiety dan fear memiliki arti yang mirip. Anxiety berarti cemas dan fear adalah takut.
 
 
Namun keduanya berbeda satu sama lain. Apabila kita umpamakan rasa takut sebagai perasaan kita saat akan bertarung, maka rasa cemas adalah perasaan kita adalah perasaan kita pada malam sebelum bertarung besoknya.
 
Rasa takut ditimbulkan oleh suatu ancaman yang jelas yang ada di depan mata. Sementara rasa cemas timbul dari sesuatu yang akan terjadi.
 
Ancaman yang tidak atau belum ada di depan mata.
Tetapi mungkin harus dihadapi di kemudian hari.
 
Nah, ini semua berkaitan erat dengan otak.
Pada otak, ada dua bagian yang memiliki peran besar dalam memicu perasaan cemas, yaitu amigdala dan prefrontal cortex.
 
Bayangkan saja, amigdala dan prefrontal cortex ini adalah dua petugas mercusuar.
 
Amigdala memantau ancaman yang akan datang, dan prefrontal cortex akan mengkonfirmasi apakah benar ada ancama atau tidak.
 
Namun, bagi beberapa orang, bagian otak ini tidak berfungsi dengan benar. Amigdalanya terlalu sensitif dan akan melihat ancaman di mana-mana.
 
Selebihnya, prefrontal cortex tidak efektif dalam memastikan ancaman.
 
Perubahan pada otak inilah yang menyebabkan sejumlah gangguan kecemasan atau dengan bahasa lain Anxiety Disorders.
 
 
Terdapat sejumlah gangguan mental yang termasuk di dalam Anxiety Disorders, namanya PTSD dan OCD.
 
Namun pada pembahasan kali ini hanya berfokus pada GAD atau Generalized Anxiety Disorders atau gangguan kecemasan umum.
 
Jadi, apa sebenarnya yang membedakan kecemasan biasa dan  GAD?
 
Bagi penyandang GAD atau Generalized Anxiety Disorders, rasa cemas yang mereka alami harus muncul secara konsisten selama paling tidak 6 bulan.
 
Kecemasan tersebut akan sangat sulit untuk dikontrol dan disertai pula dengan gejala-gejala lain seperti kesulitan tidur, nyeri otot dan sakit perut.
 
Faktor pembeda yang terbesar adalah bahwa kecemasan yang dialami penyandang GAD harus bersifat berlebihan.
 
Dalam artian, ancaman yang mereka hadapi tidak ada atau tidak sebanding dengan respons cemas yang mereka rasakan.
 
Manusia, sebagai makhluk yang sangat kompleks, dapat menganggap banyak hal sebagai ancaman.
Ambil contoh, media sosial, Fenomena dunia modern yang menjadi pemicu peningkatan kasus GAD belakangan ini.
 
Manusia dari dulu hingga sekarang sangat mementingkan pandangan orang lain terhadap dirinya.
 
Masuk akal, karena bagi manusia primitif, apabila seseorang dikucilkan dari kelompoknya, bisa jadi dirinya akan mati. Dan kini, dengan adanya media sosial, rasa cemas tersebut semakin menjadi-jadi.
 
Kita dapat merasa sendirian, terkucilkan, dan bahkan dipermalukan. Dan bagi penyandang GAD, perasaan-perasaan tersebut menjadi semakin tidak terbendung.
 
 
Intinya adalah GAD atau Generalized Anxiety Disorders bukan salah penyandangnya. 
Coba tanyakan diri sendiri, misalkan Anda melihat orang difabel. Apakah Anda akan berkata padanya, "kenapa sih, di kursi roda terus? Jalan aja kenapa sih?"
 
Sama seperti penyandang GAD atau Generalized Anxiety Disorders. Yang mereka alami adalah sesuatu yang nyata dan tidak bisa sekedar mereka abaikan.
 
Oleh karena itu, daripada membuat mereka semakin tenggelam dalam lautan kecemasan, lebih baik kita berikan mereka validasi dan dukungan supaya dunia yang mereka hadapi menjadi sedikit lebih ramah.
 
Demikian penjelasan mengenai GAD atau Generalized Anxiety Disorders. Semoga bermanfaat.***

Editor: Taufiqurrohman


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x