BERITA MATARAMAN - Berikut ini 5 mitos bulan Suro atau Muharram yang masih dipercayai oleh masyarakat Jawa hingga sekarang.
Bulan Muharram atau Suro merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriyah atau Jawa.
Dalam bulan Muharram atau Suro banyak masyarakat Jawa yang sering salah paham mengenai keangkeran bulan ini dan banyak mitos yang dipercayai.
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai mitos-mitos apa saja yang ada di bulan Muharram atau Suro.
Dalam sejarahnya sendiri penanggalan tahun Islam Hijriyah pertama kali dikenalkan oleh Khalifah Umar Bin Khattab yang kemudian disempurnakan oleh Khalifah Utsman Bin Affan dengan bulan pertama dipilih yaitu Muharram.
Penanggalan Islam ini kemudian juga diadopsi oleh kerajaan Jawa, Mataram Islam yang kala itu dipimpin oleh Sultan Agung.
Sultan Agung sendiri menciptakan penanggalan Jawa pada tahun 1613-1645 yang mengikuti kalender Islam.
Alasan menciptakan sendiri penanggalan ini adalah untuk menggabungkan penanggalan Saka yaitu Jawa Hindu agar sesuai dengan penanggalan Islam.
Dengan penyesuaian ini Sultan Agung juga berkeinginan agar dua aliran yang ada di Jawa yaitu masyarakat Kejawen dan Putihan agar tidak pecah.
Masyarakat Kejawen sendiri merupakan masyarakat Jawa penganut kepercayaan Kejawen. Sedangkan masyarakat Putihan yaitu masyarakat Jawa yang beragama Islam.
Dengan adanya penanggalan Jawa yang disamakan dengan Islam ini Sultan Agung memiliki tujuan untuk menyatukan dua aliran masyarakat tersebut.
Dalam kalender Jawa bulan pertama disebut dengan Suro sedangkan dalam kalender Islam bulan pertama disebut dengan Muharram.
Bulan Suro oleh masyarakat Jawa sering dikenal dengan bulan sakral atau sebagai bulan sial.
Masyarakat Jawa sendiri memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar mengenai bulan Suro ini.
Baca Juga: INILAH Keutamaan Bulan Muharram Sesuai Dengan Hadis Nabi Muhammad SAW, Muslim Harus Paham!
Dalam bulan Suro ini banyak mitos-mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat Jawa hingga saat ini.
Berikut ini 5 mitos yang ada di bulan Suro atau Muharram yang sebentar lagi datang.
1. Dilarang Pindah Rumah
Masyarakat Jawa masih mempercayai mengenai jika pindah rumah di bulan Suro akan mendapatkan musibah atau yang lainnya.
Dengan adanya mitos tersebut maka banyak masyarakat Jawa dilarang jika pindah rumah di bulan Suro.
2. Dilarang Bepergian
Ketika masuk bulan Suro Sebagian Masyarakat Jawa terutama untuk anak-anak dilarang bahkan sangat tidak boleh untuk bepergian.
Anak-anak pada bulan Suro tidak boleh bepergian terutama tempat angker seperti hutan, sungai, danau dan lainya.
Baca Juga: Jika Gunung Ini Meletus, Maka Pulau Jawa Akan Terbelah Menjadi 2 di Tahun 2022, Ramalan Jayabaya
3. Dilarang Pesta Hajatan
Anggapan mengenai bulan Suro adalah bulan yang sakral dan tidak baik untuk mengadakan pesta oleh masyarakat Jawa. Maka dari itu, di bulan ini semua yang berbentuk pesta hajatan dilarang.
Dilarangnya pesta hajatan oleh masyarakat Jawa ini sebenarnya memiliki alasan yaitu pada bulan ini keraton memiliki hajatan dan pesta. Jika masyarakat juga mengadakan pesta maka sama dengan menyaingi pesta hajatan keraton.
Terutama pernikahan di bulan ini sangat dilarang karena menurut masyarakat Jawa akan menimbulkan malapetaka dan merupakan bulan yang tidak baik.
4. Mengunjungi Tempat Keramat dan Makhluk Gaib Berkeliaran
Pada bulan Suro terutama malam satu Suro banyak masyarakat mengunjungi tempat-tempat keramat.
Selain mengunjungi tempat yang keramat pada bulan ini dipercaya juga banyak makhluk gaib yang berkeliaran.
Untuk itu masyarakat Jawa lebih berhati-hati pada bulan ini dan menganggap bahwa bulan Suro merupakan bulan yang sakral.
5. Arwah Leluhur Kembali Ke Rumah
Banyak masyarakat Jawa yang masih percaya mengenai malam Suro bahwa arwah leluhur akan datang menilik keluarga di rumah.
Baca Juga: Ramalan Tahun 2022, Spiritualis Meminta Warga Jawa Waspada, Bergejolak Lebih Dahsyat
Dengan kepercayaan ini senada dengan larang orang Jawa mengenai pindah rumah dan berpergian tersebut.
Itulah 5 mitos yang ada di bulan Suro atau Muharram yang masih dipercaya banyak masyarakat Jawa hingga kini.***